Senin, 16 Mei 2011

JALANI HIDUP DENGAN RELA HATI DAN BERBAIK SANGKA

    BELAJAR MEMAKNAI ARTI SEBUAH KEHIDUPAN


Untuk bisa memaknai hidup , kita dapat melakukan tiga hal yakni ;
      
      a. Keyakinan kepada Allah SWT.
       b. Jalan hidup dengan kerelaan hati .
      c.    Berbaik sangka kepada semua yang dibagikan Allah SWT kepada kita .

a. Keyakinan kepada Allah SWT
   Adanya roh yang tertanam dalam diri manusia membuat manusia mampu menghubungkan dirinya dengan      Sang pencipta. Rohlah  yang menghubungkan hamba dengan Tuhannya. Sayangnya, hubungan seperti ini seringkali terkalahkan oleh kesombongan dan kecintaan yang berlebihan terhadap harta, kekuasaan, atau kecantikan.
            Seandainya manusia senantiasa menjaga keyakinan (iman)-nya terhadap Allah SWT, sudah pasti jiwanya akan tenang. Hendaknya kita senantiasa yakin bahwa ada kekuatan tanpa batas yang mengatur diri kita dan alam semesta. Kekuatan itu tidak lain adalah kekuatan Allah Yang Mahaperkasa.
            Kita hendaknya menyakini bahwa Allah Mahakuasa. Tidak ada kekuasaan lain yang melampaui kekuasaan-Nya. Dia berkuasa dan bisa berkehendak apa saja. Bila Dia menghendaki seseorang itu hidup miskin maka akna miskinlah orang itu. Demekian juga bila Dia berkehendak seseorang itu akan kaya maka kayalah. Begitupun jika Allah SWT berkehendak memberikan seseorang sakit maka sakitlah dan jika menjadikan seseorang sehat maka sehatlah.
            Pendek kata, Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu, baik lahir maupun batin, dekat atau jauh, dan tersembunyi maupun nyata. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari kekuasaan-Nya. Sungguh, kekusaan-Nya tidak terbatas.
            Setelah meyakini kekuasaan-Nya, hendaklah kita meyakini kasih sayang-Nya yang juga tidak terbatas. Dialah Yang Rahman, Yang Rahim, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ar-Rahman dan Ar-Rahim berasal dari akar kata yang sama dengan rahim dalam arti peranakan (uterus). Rahim tampaknya adalah simbol terbaik dari sifat kasih sayang. Bukanlah di dalam rahim kita begitu dimanjakan. Makanan atau kebutuhan biologis dan psikologis kita senantiasa dipenuhi oleh sang ibu tanpa harus bersusah payah mencarinya.
Rasulullah SAW bersabda untuk menggambarkan betapa luas dan besarnya kasih sayang Allah SWT :
Allah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi satu bagian. Yang satu bagian itu dibagi-bagikan-Nya ke seluruh makhluk. Bahkan, kasih sayang Allah itu menyebabkan pula seekor binatang mampu mengangkat kakinya karena takut menginjak anaknya. (HR.Muslim)

Dalam bahasa Arab, kata-kata yang memiliki ritme (suatu pola suara a, i, atau u yang unik dalam bahasa Arab) yang sama dengan kata rahman menunjukkan arti kelebihan. Kemudian, kata-kata yang ritmenya sama yang rahim berarti kemantapan. Dengan begitu, kata rahman mempunyai arti bahwa rahmat (kasih sayang) Allah SWT tersebar dan  melingkupi segalanya. Allah SWT menyayangi segala sesuatu tanpa kecuali, termasuk di dalamnya mahkluk selain manusia dan orang-orang yang mengingkari-Nya. Rasa sayang-Nya meliputi seluruh dunia dan apa-apa yang maujud (yang ada) ini semata-mata disebabkan oleh rahmat-Nya. Sedangkan, kata rahim mengandung arti kemantapan. Kata rahim dengan arti kemantapan dan kekekalan hanya diperuntukkan bagi mereka yang melalui keimanan, beramal shaleh, dan menempatkan dirinya pada jalan rahmat Allah SWT. Kasih sayang ini (rahim) hanya diperuntung bagi hamba-hamba-Nya yang taat.
Agar lebih jelas, penulis akan memberi sebuah gambaran. Seorang ibu tentu menyayangi anaknya, Kasih sayang ibu kepada anaknya inilah yang disebut rahman. Namun, kasih sayang itu tidak selau diwujudkan dalam bentuk yang menyenangkan sang anak. Kadangkala, seorang ibu perlu marah dan menghukum anaknya. Semuanya dilakukan atas dasar kasih sayang, bukan kebencian. Namun, seorang ibu tentu ingin mengekspresikan kasih sayangnya dengan sesuatu yang menyenangkan putranya seperti membelai, menguji, membelikan pakaian, dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai rahim.
Jadi, rahim adalah wujud kasih sayang Allah SWT berupa kebaikan yang menyenangkan hamba-Nya. Sedangkan, rahman adalah kasih sayang Allah SWT secara umum yang dapat diekspresikan dengan sesuatu yang menyenangkan tetapi tidak jarang tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan hamba-Nya.
Selanjutnya, kita harus meyakini keadilan-Nya. Di dunia ini Allah SWT menerapkan hukum alam bahwa barangsiapa yang bersungguh-sungguh, akan  lebih dekat dengan keberhasilan. Niat tulus dan usaha yang gigh tidak akan pernah sia-sia. Pasti ada balasan kebaikan atas yang kita lakukan.
Perbuatan sekecil apa pun yang kita lakukan tidak lepas dari pengawasan-Nya. Sekecil apa pun yang kita lakukan, akan dibalas oleh-Nya. Dia Mahaadil, keadilan-Nya meliputi seluruh ciptaan-Nya, apakah yang mukmin atau yang kafir. Orang kafir yang sungguh-sungguh bekerja akan diberikan ganjaran kekayaan tetapi orang mukmin yang malas bekerja akan diganjar kemiskinan. Inilah keadilan Allah SWT yang tidak memandang bulu.

b. Jalani Hidup dengan Kerelaan Hati
            Kekayaan hidup yang kita alami tidak selamanya sesuai dengan harapan. Kadangkala, petir menyambar-nyambar. Kadangkala, langit cerah tak berawan. Hadapilah itu semua dengan keralaan hati. Rela menerima segala ketentuan dan pemberian Allah SWT, baik yang menyenanmeski pahit saat inigkan atau menyedihkan. Memang hanya dengan kerelaan hatilah kita mengilas kesenangan dan kesedihan menjadi kebahagiaan seperti mengilas garam yang asin, cabe yang pedas, terasi yang gurih, serta bawang putih dan merah dalam sebuah wadah pipisan (wadah untuk menghaluskan) agar tersaji sambal yang lezat.

        Terimalah setiap takdir-Nya dan pupuklah sikap rela. Rela dengan Allah SWT sebagai Rabb pada dasarnya puas terhadap semua ketetapan (qada’ dan qadar) dan apa-apa yang telah diciptakan-Nya, baik itu untuk wajah, tubuh, jenis kelamin, rezeki, lingkungan, kehidupan dan lain-lain. Semua yang Allah SWT tetapkan atau ciptakan mengandung kebaikan. Bisa jadi, kebaikan tersebut tidak dapat kita rasakan atau ketahui. Tetapi, hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Allah SWT berfirman :
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia sangat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS Al-Baqarah (2): 216)
            
Pengertian rela menurut sufi wanita Rabi’ah Al-Adawiyah ketika ditanya, “Kapan seorang hamba menjadi orang yang ridha (rela)?” Rabi’ah menjawab, “Bila kegembirannya waktu ditimpa bencana sama dengan kegembiraanya pada kala mendapat karunia.” Setiap muslim begitu mendambakan ridha Allah SWT. Seakan, terbayang di benak kita, sebuah pengorbanan yang di ridhai Allah SWT, meski pahit saat ini, kelak bakal menuai kebahagiaan tiada tara. Begitulah hidup yang berkwalitas, penuh makna. Sekarang, nikmatilah hidup. Sebab kita ini sekedar melaksanakan peran. Jalankan kewajiban kita demi Allah SWT, buka demi hasil, sebab, memang itu peran yang sedang diberikan Allah SWT kepada kita.
Didalam dalam buku Bagawatgitadikisahkan arjuna tidak mau melakukan darma ( kewajiban ) dalam perang baratayudha. Arjuna beralasan karena yang dihadapinya adalah gurunya (Durna), kakeknya (Bisma) saudaranya (Karna), dan sepupunya (Kurawa). Arjuna tidak sanggup berperang karena alasan  tersebut. Sri Kresna menasihati:
Bertempurlah demi pertempuran saja, tanpa mempertimbangkan suka dan duka, rugi atau laba, menang aatau kalah. Ketabahan hati yang mantap untuk berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah timbul di dalam hati orang-orang yang terlalu terikat pada kenikmatan indra-indra dan materi.

Bebaskan dirimu dari segala hal relatif dan segala kecemasan untuk keuntungan dan keselamatan. Engkau berhak melakukan suatu tugas kewajiban yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atau hasil perbuatan.
Jangan menyangka dirimu penyebab hasil perbuatanmu dan jangan terikat pada kebiasaan tidak melakukan kewajibanmu. Lakukan kewajibanmu dengan sikap seimbang, lepaskan segala ikatan terhadap sukses dan kegagalan.

c. Berbaik Sangka Terhadap  Semua Yang Dibagikan  Kepada  Kita

Mari kita baca dua kisah di bawah ini !   
      Kisah Seorang Pemuda dan Pengusaha Sukses
Ada seorang pengusaha sukses yang ditanya oleh seorang pemuda, “ Maaf tuan, apa yang menjadi kunci kesuksesan Tuan ?” Kuncinya ada dua kata, “ jawab pengusaha itu.
“ Apa dua kata itu, Tuan, “ tanya pemuda kembali
“ Keputusan benar, jawab si pengusaha.
“ Lalu bagaimana Tuan bisa mengambil keputusan benar itu?” tanya si pemuda.
“ Ya dengan satu kata, “ jawab si pengusaha.
“ Apa itu?” tanya si pemuda.
“Pengalaman, “ jawab si pengusaha.
“Lalu bagaimana tuan mempeoleh pengalaman?” tanya si pemuda.
“  Dengan dua kata, “ kata si pengusaha.
“ Apa itu, Tuan?” tanya si pemuda.
“ Keputusan salah, “ jawab si pengusaha.
                        Kisah  Sekuntum Mawar 
           Sekuntum mawar sedang berkaca mengagumi dirinya sendiri, Tapi, dia merasa tidak percaya  diri   bila      melihat durinya.
“ Duri ini memperburuk tubuhku, “ ketusnya.
“ Seandainya tidak ada duri ini pasti aku akan menjadi semakin menarik, “ keluhnya.
Ternyata keluhannya didengar Tuhan. Akhirnya, duri-duri yang ada di tubuhnyapun menghilang. Akan tetapi, kini orang-orang mengambil mawar sesuka hati. Sebab, tidak ada duri  yang melindunginya. Akhirnya rusaklah mawar itu.
Dua cerita di atas, mengajarkan kepada kita bahwa yang buruk belum tentu buruk. Keputusan salah, sang pengusaha menjadi lebih berpengalaman sehingga kelak dia mampu mengambil keputusan yang benar. Bagi sekuntum mawar, duri mungkin merupakan suatu cacat tetapi kecacatan itulah yang melindunginya dari marabahaya.
Tidak ada sesuatu yang buruk seratus persen. Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Kebijaksanaan adalah kemampuan kita melihat cahaya walaupun kita  berada di kegelapan malam sekalipun, berbaik sangkalah maka kita akan melihat harapan di balik bencana yang mungkin sedang menimpa kita.
Adakah sesuatu yang mengajarkan bagaimana agar kita senantiasa berpikir positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian? Tentu saja ada, yakni Alquran. Kitab ini laksana surat cinta dari Tuhan bagi hamba-Nya. Barangsiapa membacanya, berarti kita  sedang berdialog dengan Sang Maha Pengasih. Dialah yang mengajarkan bagaimana kita menjernihkan pikiran, menghaluskan, emosi dan mencerahkan rohani sehingga senantiasa dapat berpikir positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian untuk dijadikan inspirasi dalam menjalani kehidupan.
                                          
    "Salam hangat dan sukses selalu kepada semua pengunjung di blog ini"
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar